Ketenangan

Tempat untuk mencari ketenangan hati dan pikiran

Muhammad Farid Zia
Cerita kehidupanku

--

Photo by James Wheeler

Banyak hal di dunia ini yang dapat membuat kita menjadi sedih, kecewa, marah dan sakit. Salah satunya adalah ketika saya sedang menyelesaikan tulisan ini. Saya sedikit kecewa dan sedih dengan diri saya sendiri karena sampai jam 14:14 saya masih baru bisa menuliskan beberapa kalimat saja.

Sedih dan merasa kecewa dengan diri sendiri tentu bukan tanpa alasan, karena sedari selesai sholat Subuh hingga selesai melakukan beberapa aktivitas di pagi hari. Saya masih kebingungan mencari topik apa untuk dituliskan. Masalah klasik untuk saya pribadi, kesulitan mencari topik untuk ditulis dan kemudian sering kali menjadi blocker untuk diri sendiri.

Hampir setiap tahun ketika mengikuti challenge #10HariMenulis pasti ada saja masanya otak ini encer sekali menulis di tema tertentu sehingga tangan pun rasanya begitu lancar ketika mulai mengetik karakter, kata demi kata dan pada akhirnya menjadi sebuah kalimat yang harapannya menarik untuk dibaca. Namun, begitupun sebaliknya juga, ada masa di suatu tema saya harus berpikir keras, memutar otak hanya untuk mencari topik tulisan di hari tersebut.

Intermezzo dikit di tengah-tengah tulisan.
Walaupun sampai saat ini sering kali mentok bingung mau menulis apa, tetap saja saya masih suka dengan aktivitas menulis ini. Menulis memang tidak selalau mudah, tapi jika tulisannya bisa selesai maka akan menjadi satu kesenangan dan kebanggaan sendiri.

Dan ya, hari ini adalah hari itu, hari ini dimana sedari pagi saya sudah berpindah tempat untuk menulis, sesekali dari kaca melihat ke matahari pagi yang terbit dari timur sana sembari mencari inspirasi mau menulis apa hari ini. Kemudian tidak lupa juga untuk mengabadikan beberapa foto matahari paginya, setelah itu saya turun tangga ke lantai satu untuk kemudian bersiap-siap membuka editor untuk mulai menulis kembali.

Tapi ternyata tidak semudah itu 🥲 sudah hampir 30 menitan saya terjebak di bagian judul dan beberapa kalimat awal saja, hingga pada akhirnya saya ngantuk sendiri dan memutuskan untuk kembali ke kamar untuk tidur sejenak. Saya sudah lelah sekali dengan pikiran saya di pagi hari tadi sebab bingung mau menulis apa. Karena sudah malas berpikir saya letakan laptop di dekat bantal guling sembari merebahkan badan (tidur sih sebenarnya ini mah) dan kemudian terbangun kembali di siang hari.

Setelah bangun dan melakukan sholat dzuhur, kemudian setelah itu saya lanjut untuk membuka editor dan mulai menulis kembali. Hingga pada pukul 14:31 saya sudah mendapatkan lumayan banyak kalimat yang sudah diketikan, alhamdulillah. Lumayan senang jadinya hati ini.

Namun, jika dipikir-pikir kembali, sebenarnya ada banyak hal di otak ini yang ingin dituliskan. Sehabis pulang sholat subuh tadi pagi pun sudah ada beberapa yang ingin saya tuliskan, tapi ternyata tidak semudah itu untuk direalisasikan. Beberapa diantaranya adalah tentang kata-kata ini.

Subuh, pagi, ketenangan, masjid, bersyukur, kematian sementara, awal pagi

Karena tema menulis hari ini adalah tentang “healing”, saya kembali berpikir(lagi dan lagi), sepertinya saya sudah lumayan banyak secara tidak langsung menulis tentang tema yang satu ini. Di beberapa tulisan saya yang terakhir di Medium pun, tepatnya di awal tahun 2024 saya pernah menulis tentang Memperbaiki Kesehatan Mental dengan Menerima Takdir Allah”. Ini adalah salah satu dari bentuk healing yang paling bagus menurut saya pribadi. Ada beberapa lagi tulisan saya di Medium tentang hal ini. Hmm jadi kemungkinan besar ini adalah salah satu faktor yang membuat saya agak buntu ketika mau menulis hari ini.

Merasa sudah banyak menuliskan tentang hal ini sehingga seakan-akan saya menjadi kehabisan topik dan bahan untuk dituliskan. Ini merupakan hal yang tidak baik tentunya, tidak patut untuk dicontoh. Harusnya gelas harus terus dikosongkan agar tetap ada hal-hal baru yang bisa diisi ke dalam gelasnya.

Namun, sampai titik tulisan ini, yang ingin saya tekankan sekali dan sebenarnya menjadi poin utamanya adalah: tentang menerima kekurangan, menerima takdir Allah dan tidak banyak mengeluh merupakan bentuk dari healing yang sebenarnya.

Coba bayangkan jika healing-nya hanya dari sisi visual saja, maksud saya hanya dari segi yang dapat dilihat oleh mata saja. Misalnya dengan pergi berlibur ke tempat yang pemandangannya indah, cantik, estetik, dsb. Namun, orangnya lupa untuk menyembuhkan sumber penyakitnya. Saya pikir sehabis balik dari tempat healing tersebut ia akan kembali ke perasaan yang sebelumnya, masih ada rasa sedih, kecewa, takut dan gundah dalam hati karena sebenarnya ia belum pulih secara sempurna.

Sehingga sumber penyakit yang sebenarnya jangan lupa juga untuk disembuhkan. So, sembari mencari tempat-tempat yang punya pemandangan indah, coba juga sembari hatinya ditata kembali, hilangkan semua pikiran-pikiran buruk yang masih mengajal dalam hati. Jika semisalnya kita masih tidak menerima sesuatu hal maka ada baiknya sedikit demi sedikit kita harus belajar iklas dan menerima hal tersebut semata-mata hanya karena Allah.

Pada akhirnya healing bukan hanya tentang sekadar mencari tempat-tempat yang nyaman untuk ditempati badan. Namun, esensi yang lebih penting mengenai healing adalah tentang bagaimana kita menata kembali hati dan pikiran kita. Karena healing ini sebenarnya disebabkan oleh penyakit yang ada dalam hati. Sehingga menyembuhkannya tidak bisa hanya dari bagian luar saja, misalnya dengan mencari tempat-tempat yang bagus dan indah. Namun, perlu ada treatment khusus.

Allah Ta’ala berfirman,
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS ar-Ra’du:28).

Dalam Islam sendiri masalah-masalah penyakit hati ini sudah banyak sekali dijelaskan mengenai cara untuk mengobatinya. Pertanyaannya sekarang apakah kita sudah menerapkan cara-cara yang sudah dijelaskan oleh Rasulullah dan yang sudah ada di dalam Al-Quran? Silakan di jawab sendiri saja. Jika memang belum maka tugas kita sekarang adalah mengaplikasikan hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya sampai juga di ujung tulisan, saya tidak menyangka bisa menyelesaikan tulisan kali ini, karena dari tadi pagi pun rasanya otak ini mentok sekali mau menulis tentang apa, apalagi sampai bisa merangkai kata demi kata yang lumayan panjang, hah susah untuk dibayangkan.

Pelajaran yang bisa kembali saya ambil dari proses menulis saya kali ini adalah jangan terlalu memaksakan diri sendiri, jika memang sudah berusaha maksimal namun masih merasa mentok, mungkin badan dan pikirannya perlu diistirahatkan dulu untuk sementara. Kemudian belajar menerima kekurangan diri sendiri adalah salah satu hal yang penting juga.

Menerima bahwa saya masih kurang dalam hal menulis, lebih-lebih untuk mencari topik tulisan. Hal ini memang merupakan masalah saya dari dulu. Namun, ya dengan mengetahui letak kekurangan kita ada di mana, harapannya membuat kita bisa lebih semangat lagi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Bukan malah sebaliknya, stres, kecewa dan marah dengan hal tersebut, apalagi sampai tidak bisa menerimanya.

Ya, pada akhirnya, hidup adalah tentang bagaimana kita bisa bersabar dan sekaligus bersyukur dengan segala bentuk kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sendiri.

--

--

Muhammad Farid Zia
Cerita kehidupanku

🇮🇩 • /Frən(t) ˈend Software Engineer. Blog Writer. Likes to write about personal opinions.