Di Balik Ketikan: Pekerjaan yang Susah untuk Dijelaskan

Bukan sebatas tukang ketik biasa, tapi tukang ketik yang memikirkan solusi kemudian mengubahnya melalui ketikan tangannya

Muhammad Farid Zia
Cerita kehidupanku

--

Photo by Ono Kosuki

Sebagai mantan mahasiswa lulusan IT atau lebih sempitnya lagi mantan mahasiswa lulusan Teknik Informatika sudah sewajarnya sehabis lulus kuliah akan mulai sibuk mencari pekerjaan yang masih related dengan bidang IT, entah itu sebagai seorang Pemrogram, Pengembang Perangkat Lunak atau posisi bidang IT yang lainnya.

Sejujurnya bidang pekerjaan ini tidak terlalu dikenal atau bahkan malah jarang diketahui oleh masyarakat kita di Indonesia, walaupun mungkin untuk saat ini sudah mulai sedikit demi sedikit dikenal.

Realitanya pun sangat mudah sekali kita jumpai. Tanyakan saja pada anak kecil mengenai apa cita-cita mereka maka bisa ditebak kemungkinan yang akan mereka sebutkan tak jauh-jauh dari profesi Dokter, Insinyur, Pilot, Polisi atau Arsitek. Pun ketika kita bertanya ke orang tua juga kebanyakan mereka tidak tahu profesi di bidang IT itu apa dan apa yang mereka kerjakan. Sehingga wajar saja jika profesi Pemrogram atau Pengembang Perangkat Lunak itu asing di telinga kebanyakan orang.

Ini pun yang saya rasakan ketika awal-awal bekerja sebagai seorang Pengembang Perangkat Lunak dulu. Lumayan susah untuk saya pribadi menjelaskan ke orang-orang mengenai pekerjaan saya itu sebenarnya apa dan setiap harinya mengerjakan hal seperti apa. Kalau saya katakan kerjaan setiap harinya itu mostly koding pun kemungkinan besar mereka tidak akan paham juga apa itu mahluk bernama “koding”.

Daripada ribet menjelaskan panjang lebar mengenai pekerjaannya, orang-orang yang pernah saya tanya malah menjawab jika pekerjaannya itu adalah “tukang ketik”. Walaupun untuk saya pribadi lebih prefer mengatakan kalau kerjaan saya itu adalah “tukang mikir solusi melalui ketikan”. Jadi bukan sekadar ngetik asal-asalan saja. Namun, di balik ketikannya itu sebenarnya ada proses panjang yang harus dipikirkan terlebih dahulu. Kalau kata John Johnson sih “First, solve the problem. Then, write the code.”

Programming itu tentang proses berpikir bukan hanya tentang ngetik-ngetik

Bekerja Dari Mana Saja & Tantangannya

Tak jarang juga dikira pengangguran oleh sebagian orang karena setiap harinya diam-diam saja di rumah dan tidak pernah terlihat pergi ke kantor. Lebih parahnya lagi jika ada masyarakat yang mengira memelihara hal yang tidak-tidak atau pesugihan, wal-iyadzubillah. Bekerja sebagai Pengembang Perangkat Lunak lebih-lebih jika dilakukan dari rumah secara remote pasti ada tantangannya tersendiri. Itu kenapa saya pribadi sebisa mungkin kalau ada yang bertanya saya jelaskan saja apa adanya dan lebih bagus lagi dengan cara yang mudah dipahami oleh orang awam. Karena jika dijelaskan dengan bahasa atau istilah teknis tentu akan sangat sulit dimengerti dan dicerna oleh kebanyakan orang.

Kesalahpahaman di tengah masyarakat

Saya pribadi kemarin sehabis pulang sholat Jum’at kebetulan bertemu tentangga dekat rumah karena saya jarang keluar rumah jadinya dia banyak bertanya mengenai pekerjaan saya, sekarang kerja di mana, gajinya berapa, cara kerjanya seperti apa, dsb. Sambil jalan pulang ke rumah panjang lebar menjelaskan beliau mengenai pekerjaan saya itu sebenarnya ngapain, terus cara kerjanya seperti apa karena jujur saja sistem kerja remote ini masih asing buat kebanyakan orang. Jadi saya bisa maklumi juga jika mereka banyak bertanya.

Yang saya jelaskan tentu hal-hal umum yang orang bisa ketahui saja dan jika sudah masuk ke ranah privasi seperti besaran salary maka saya prefer untuk tidak menyebutkannya. Saya katakan saja mendapatkan lebih dari cukup dan menyarankan orangnya untuk cek langsung sendiri rata-rata gaji yang didapatkan jika bekerja sebagai Pengembang Perangkat Lunak di Indonesia itu berapa sehingga setidaknya mereka dapat gambaran kasarnya lah.

Pada intinya yang mau saya sampaikan adalah butuh waktu lumayan lama untuk menjelaskan ke orang lain tentang profesi sebagai seorang Pemrogram atau Pengembang Perangkat Lunak itu sebenarnya ngapain aja, apalagi sekarang ditambah bisa dilakukan dari rumah atau sistemnya remote, pasti nanti orang makin banyak nanyanya karena mereka tidak familiar dengan sistem kerja remote itu seperti apa, orang-orang taunya kerja ya harus ke kantor, pergi jam 9 pagi kemudian pulang jam 5 sore.

Syukurnya zaman sudah berubah, kerja pun bisa dari mana saja, tidak harus ke kantor kemudian duduk dengan tegak dan rapi untuk bersiap-siap menatap layar monitor. Selama masih produktif ya why not, kan?

Namun, yang saya lihat dan perhatikan saat ini masyarakat sudah lebih aware tentang ada yang namanya “kerja remote” atau “WF(H|A)” yang bisa dilakukan dari rumah atau bebas dari mana saja. Di sini peran pandemi sangat mencolok, terlepas dari banyaknya efek buruk yang disebabkannya. Masyarakat jadi semakin tahu kalau kerja itu bisa dari rumah. Bahkan sekarang banyak orang-orang yang ingin bisa bekerja dari rumahnya juga.

Mungkin jika Allah tidak mentakdirkan adanya pandemi maka bekerja dari rumah atau kerja dengan sistem remote masih akan menjadi sesuatu hal yang asing untuk kebanyakan orang.

Gimana menurut teman-teman jika ASN bisa kerja dari rumah atau dari mana saja?

Sebuah Harapan

Harapannya semoga masyarakat semakin banyak yang tahu kalau ada juga profesi yang namanya Pengembang Perangkat Lunak yang tentunya tidak kalah keren dengan profesi lain seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Dokter, Pilot, Arsitek atau Dewan 😅. Jadi buat Bapak dan Ibu calon mertua di luaran sana jangan khawatir ya jika nanti calon suami anaknya itu profesinya adalah tukang ketik, ehh maksudnya Pengembang Perangkat Lunak karena InsyaAllah mereka bisa memberikan nafkah yang cukup buat anak Bapak dan Ibu nantinya.

Ditulis sambil menunggu waktu berbuka puasa di Pulau Lombok, Sabtu, 24 Ramadhan, 1444 H.

--

--

Muhammad Farid Zia
Cerita kehidupanku

🇮🇩 • /Frən(t) ˈend Software Engineer. Blog Writer. Likes to write about personal opinions.